Navigation

Big Data dan ESG: Transformasi Cerdas dan Berkelanjutan di Industri Emas Global

12 Jun 2025 Taufik Hidayat 36 views

IndSight – Emas telah lama menjadi simbol kekayaan dan stabilitas. Namun kini, seiring meningkatnya disrupsi teknologi dan kesadaran iklim, nilai emas semakin dipengaruhi oleh data, transparansi, dan keberlanjutan. Industri emas tengah bertransformasi lewat dua kekuatan utama: teknologi data dan prinsip ESG (Environmental, Social, Governance).

Big Data dan AI Mengubah Cara Dunia Memprediksi Harga Emas

Prediksi harga emas tak lagi hanya mengandalkan grafik dan indikator ekonomi konvensional. Saat ini, teknologi seperti natural language processing (NLP) dan machine learning digunakan untuk memantau ribuan berita dan sentimen sosial dalam waktu nyata.

Menurut laporan Deloitte (Mining & Metals 2024 Outlook), lebih dari 60% institusi keuangan global kini menggunakan model AI untuk memproyeksikan harga logam mulia berdasarkan data seperti inflasi, geopolitik, hingga dinamika sosial media (Deloitte). Bloomberg Terminal bahkan telah menambahkan modul AI yang menganalisis harga emas secara real-time berbasis NLP dan social sentiment

Baca Juga: Transformasi Transportasi Umum Indonesia: Inovasi, Integrasi, dan Energi Bersih

Harga emas pada 1 Juni 2025 tercatat mencapai USD 2.375 per troy ounce, naik 14% dari tahun sebelumnya kenaikan yang menurut World Gold Council dipengaruhi oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga global dan eskalasi ketegangan geopolitik.

Teknologi Tambang Emas Berkelanjutan Mulai Tumbuh di Indonesia

Di Indonesia, industri emas mulai mengadopsi prinsip ESG dan digitalisasi. PT Aneka Tambang (Antam), salah satu BUMN tambang emas terbesar, telah mulai mengintegrasikan sistem monitoring digital berbasis IoT untuk pengelolaan tailing dan efisiensi energi.

Dalam laporan keberlanjutan 2024, Antam mencatat pengurangan emisi karbon sebesar 8% dibandingkan tahun sebelumnya berkat implementasi teknologi hijau di tambang Pongkor dan Martabe.

Sementara itu, Kementerian ESDM melalui Rencana Strategis Tambang Berkelanjutan 2025 mendorong penggunaan sistem pelacakan rantai pasok berbasis blockchain untuk komoditas emas, sebagai langkah mencegah praktik penambangan ilegal dan mempromosikan transparansi.

Baca Juga: Sentimen Kualitas Udara di Indonesia Meningkat

Blockchain: Menjamin Transparansi dan Jejak Asal Emas

Blockchain menjadi alat penting untuk memastikan bahwa emas tidak berasal dari zona konflik atau praktik ilegal. IBM bersama Responsible Sourcing Blockchain Network (RSBN) menciptakan sistem pelacakan asal emas dari tambang hingga ke pasar.

PwC melaporkan bahwa 80% investor institusional kini hanya akan berinvestasi pada perusahaan tambang yang mampu menunjukkan rantai pasok yang bersih dan terdokumentasi melalui blockchain.

Di Indonesia, startup seperti Agate Chain dan proyek pilot Kementerian ESDM di Sulawesi Tengah tengah menguji sistem blockchain sederhana untuk melacak emas rakyat dari koperasi tambang hingga ke pengrajin perhiasan. Inisiatif ini disambut positif oleh asosiasi pengusaha emas kecil dan pelaku ekspor.

Baca Juga: Di Balik Statistik Menyelami Realita Penduduk Miskin di Indonesia

ESG dan Nilai Pasar: Perusahaan Tambang Kini Lebih Terbuka

Menurut laporan Sustainability Trends 2024 dari Morningstar, perusahaan tambang dengan dashboard ESG transparan mengalami kenaikan valuasi pasar 18% lebih tinggi dibandingkan kompetitor yang tidak terbuka terhadap publik.

Di Indonesia, laporan ESG Antam dan Freeport Indonesia kini mencakup indikator gender pekerja tambang, konsumsi air bersih, serta pengaruh sosial ke komunitas adat sekitar tambang.

Data dari BlackRock menunjukkan bahwa sepanjang Q1 2025, dana emas berbasis ESG mencatatkan pertumbuhan arus modal sebesar 28% dibanding tahun sebelumnya, menandakan meningkatnya permintaan terhadap aset yang “hijau dan cerdas”.

Social Proof dan Sentimen Publik di Media Sosial Soal Emas

Data dari IndSight selama periode 13 Mei hingga 11 Juni 2025, percakapan mengenai keyword “emas” di media sosial menunjukkan tren penurunan di berbagai aspek. Total percakapan mencapai 1,5 juta, turun sebesar 26,87% dibandingkan periode sebelumnya. Jumlah akun unik yang terlibat (total talker) tercatat sebanyak 195.600, juga mengalami penurunan sebesar 10,24%.

Dari segi sentimen, terdapat 351.300 percakapan bersentimen positif, yang turun sebesar 26,87%. Sementara itu, percakapan bersentimen negatif berjumlah 339.500, mengalami penurunan paling tajam yaitu sebesar 33,18%.

Penurunan serentak di semua metrik ini mengindikasikan bahwa intensitas diskusi publik terhadap isu emas menurun secara signifikan dalam sebulan terakhir. Meski begitu, keseimbangan antara jumlah sentimen positif dan negatif menunjukkan bahwa persepsi publik terhadap emas cenderung netral atau campuran.

Mengutip dari berbagai sumber soal pendapat tentang emas, Lisa Doyle, ESG Analyst PwC: “Investor muda tidak hanya melihat harga emas, mereka juga ingin tahu dari mana emas itu berasal, siapa yang terdampak, dan bagaimana proses produksinya.”

Erik Thedéen, Gubernur Riksbank (Swedia): “Dalam ekonomi masa depan, data dan etika akan menjadi dua sisi koin yang sama dalam dunia investasi emas.”

Di platform X, komentar seperti “Emas bukan cuma soal cuan, tapi soal etika dan dampaknya ke lingkungan.” dari akun @FinTechNerd dan “Blockchain + ESG = the future of gold investment” dari @GreenCapitalID mencerminkan sentimen positif terhadap transformasi ini.

Transformasi digital dan prinsip ESG telah merevolusi industri emas. Kini, emas bukan sekadar logam mulia, melainkan komoditas berbasis data dan moral. Untuk investor modern, emas yang etis, transparan, dan cerdas adalah satu-satunya pilihan logis. Seiring semakin majunya big data, AI, dan blockchain, masa depan emas akan didefinisikan oleh integritas, bukan hanya kilau.

Ingin Tahu Apa yang Sedang Trending di Media Sosial dan Online Media?

IndSight platform analitik untuk memantau tren, influencer, dan kompetitor secara real-time. Daftar sekarang & klaim 20 koin gratis untuk coba fitur premium! Di Sini

Taufik Hidayat

Kerja keras, healing cukup, growth jalan terus. Let’s collab or just vibe