IndSight – Kualitas udara di Indonesia kembali menjadi sorotan di berbagai platform sosial media dan online media. Isu ini mencuat seiring meningkatnya perhatian publik terhadap dampak polusi udara terhadap kesehatan dan lingkungan.
Data real-time dari situs pemantau polusi IQAir dan AQICN mengungkapkan bahwa pada awal Juni 2025, Jakarta menduduki peringkat kelima sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.
Tingkat partikel halus (PM2.5) yang tercatat mencapai 67,4 µg/m³, jauh melampaui batas aman yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 5 µg/m³. Kondisi ini menjadi peringatan serius terkait polusi udara yang mengancam kesehatan warga ibu kota.
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) mengatakan bahwa tren kualitas udara di wilayah Jabodetabek termasuk Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi tercatat berada dalam kategori tidak sehat selama periode 1 Mei hingga 3 Juni 2025. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran terkait dampak polusi udara bagi kesehatan masyarakat di kawasan tersebut.
10 Kota dengan Udara Paling Tercemar di Indonesia (PM2.5 Tertinggi)

Data terbaru menunjukkan Tangerang Selatan memimpin dengan polusi PM2.5 tertinggi mencapai 61,1 µg/m³, diikuti Tangerang dan Cikarang.
Kota-kota lain seperti Depok, Bekasi, Serpong, dan Jakarta juga mengalami polusi tinggi, dengan nilai PM2.5 di atas 40 µg/m³. Bandung, Medan, dan Bogor melengkapi daftar dengan tingkat polusi yang masih jauh melebihi batas aman WHO.
Kualitas udara yang buruk berdampak langsung pada kesehatan masyarakat, meningkatkan risiko penyakit pernapasan seperti asma, bronkitis, hingga gangguan kardiovaskular.
10 Kota dengan Udara Paling Bersih di Indonesia (PM2.5 Terendah)

Data terkini menunjukkan bahwa Kepulauan Seribu menempati peringkat pertama sebagai kota dengan kualitas udara terbaik di Indonesia, dengan rata-rata konsentrasi PM2.5 sebesar 8 µg/m³. Meskipun angka ini masih sedikit di atas batas aman WHO (5 µg/m³), namun termasuk dalam kategori relatif bersih jika dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya.
Beberapa kota seperti Makassar, Belitung, dan Bali bahkan menjadi tujuan wisata populer karena selain pemandangan alamnya, kualitas udaranya pun mendukung kenyamanan pengunjung.
Dampak Kesehatan Meningkat
Paparan polusi jangka panjang berkorelasi langsung dengan meningkatnya kasus penyakit pernapasan dan kardiovaskular. Studi kolaboratif antara Kementerian Kesehatan dan Universitas Indonesia (2023) menunjukkan peningkatan kunjungan IGD akibat asma sebesar 13–19% selama puncak musim kemarau, saat kualitas udara memburuk.
Sentimen Terhadap Kualitas Udara

Isu kualitas udara kini menjadi sorotan publik, terutama di kota-kota besar. Melalui media online dan sosial media, masyarakat aktif menyuarakan opini dan kekhawatiran mereka.
Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap isu lingkungan dan dampaknya terhadap kesehatan, kualitas udara menjadi topik yang sering diperbincangkan.
Melalui analisis data dari IndSight dengan mengumpulkan data dari artikel berita, portal lingkungan, blog, serta postingan di media sosial seperti X, Facebook, dan Instagram. Setiap unggahan diklasifikasikan ke dalam kategori sentimen positif, negatif.
Pada periode pemantauan terbaru Mei – Juni, perbincangan mengenai kualitas udara di media sosial mencapai 2.500 percakapan (Total Talk), meningkat sebesar 5,48% dibanding periode sebelumnya. Jumlah pengguna unik yang membicarakan topik ini (Total Talker) juga naik signifikan sebesar 22,1%, menjadi 558 akun.
Dari total percakapan, 1.100 di antaranya bersentimen positif, meskipun mengalami penurunan -8,29%. Sementara itu, percakapan dengan sentimen negatif tercatat sebanyak 311, menunjukkan kenaikan yang cukup tajam sebesar 21,48%.
Temuan ini mengindikasikan bahwa meskipun volume diskusi meningkat dan keterlibatan pengguna lebih luas, ada kecenderungan meningkatnya persepsi negatif terhadap kualitas udara. Hal ini dapat menjadi perhatian khusus bagi pihak terkait untuk merespons sentimen publik secara lebih proaktif.
Di Platform X, banyak pengguna yang mengangkat isu terkait kualitas udara yang tengah terjadi di Indonesia.
Kualitas udara di Indonesia, terutama di Jabodetabek, masih buruk dengan kadar PM2.5 jauh di atas batas aman WHO, meningkatkan risiko kesehatan masyarakat. Jakarta dan Tangerang Selatan menjadi kota dengan polusi tertinggi, sementara Kepulauan Seribu dan beberapa kota wisata memiliki udara lebih bersih.
Diskusi di media sosial meningkat, terutama dengan sentimen negatif, menunjukkan kekhawatiran publik yang perlu mendapat respons proaktif dari pemerintah dan pihak terkait untuk mengatasi polusi udara dan dampaknya.
Segera daftar di IndSight, platform analisis data terbaik, dan nikmati 20 koin gratis sebagai pendaftar pertama!